Home » » Makalah Ilmu Kalam - Syi'ah (Pengertian, Ajaran, Sekte, dan Tokoh-tokohnya)

Makalah Ilmu Kalam - Syi'ah (Pengertian, Ajaran, Sekte, dan Tokoh-tokohnya)




KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa kita curahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa pada sunnahnya pada akhir zaman.  Amin Ya Rabbal„ Alamin.
Teologi (ilmu kalam), suatu ilmu yang membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu Agama, yang dimaksud disini ialah suatu pemikiran atau pembahasan yang didalamnya ada kelompok-kelompok (firqah) dalam Islam. Salah satunya ialah Syi’ah,  Syi’ah adalah satu kelompok yang berbeda dari mayoritas umat Islam saat ini dan kelompok terbesar setelah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang berkembang diberbagai daerah bahkan Negara. Negara yang menganut faham Syi’ah adalah Iran, Irak, Baghdad dan lainnya.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Ibu dan Bapak yang senantiasa mengiringi langkah kami dengan do’a dan dukungannya.
2. --------------- selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ilmu Kalam.
3. Rekan-rekan sesama mahasiswa Jurusan ------- Fakultas Tarbiah Institut Zainul Hasan Genggong Kraksaan Probolinggo.

Pemakalah menyadari, makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa terbuka menerima masukan untuk perbaikan makalah ini. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat membantu kelancaran kuliah kami khususnya, dan perkuliahan Ilmu Kalam. Amin!


Kraksaan, 27 Oktober 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. .. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................. .. 2
BAB I   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................ .. 3       
B.     Rumusan Masalah ........................................................................... .. 3      
BAB II PEMBAHASAN
  1. Pengertian Syi’ah                                                                                 4
  2. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah                                   5
  3. Doktrin Pokok Ajaran Syiah                                                                5
  4. Ajaran Syi’ah                                                                                       6
E.     Nikah Mut’ah                                                                                       9
  1. Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum                            10
  2. Sekte Syi’ah                                                                                         11
  3. Tokoh-tokoh Syi’ah                                                                             11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ..................................................................................... .. 13
B.     Kritik dan saran ............................................................................... .. 13
           
DAFTAR PUSTAKA


 
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Aliran dalam islam itu banyak sebagai yang pernah di gambarkan oleh nabi semasa hidupnya dalam sebuah hadits, di katakan umat islam akan terpecah sampai 73 firqah, demikian katanya : "yahudi akan terpecah atas 71 aliran, nasrani akan berpecah atas 72 aliran, sedang umatku akan terbagi bagi dalam 73 aliran". (al hadits). Salah satu golongan tersebut ialah Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian, bahwa penunjukan imam sesudah wafat nabi di tentukan oleh nabi sendiri dengan nash. nabi tidak boleh melupakan nash itu terhadap pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. selanjutnya syi'ah berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa nabi muhammad dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin abi thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa ali bin abi thalib adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama.
Aliran syiah sejalan dengan mu'tazilah mengenai tauhid dan keadilan, dan menyalahinya dalam 3 pendirian yang lain. orang orang syiah sepaham dengan asyi'ari dalam masalah dosa besar dan dosa kecil, amar ma'ruf dan nahi munkar. mereka berbeda dengan mu'tazilah dan asyi'ari dalam persoalan wa'ad dan wa'id karena mereka berkeyakinan bahwa Allah selalu menepati janji bagi mereka yang berbuat kebajikan, dan tidak wajib menjalankan janjinya kepada hambanya yang berbuat jahat, baginya terserah kurnia mengampuninya.tidak berhak di putuskan dengan hukum akal, bahwa tuhan menyalahi janjinya akan memberi pahala kepada hambanya yang berbuat baik.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian aliran syiah.?
2.      Bagaimana sejarah kemunculannya.?
3.      Bagaimana pokok ajarannya.?
4.      Apa saja sekte dalam Syiah.?
5.      Siapa tokoh-tokoh aliran syiah.?


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Syi’ah
            Syiah adalah aliran sempalan dalam islam dan syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam islam. Sedangkan yang dimaksud aliran-aliran sempalan dalam islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran islam yang sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut ahli bid’ah.[1]
            Siapa yang dimaksud dengan syi’ah.? Sebelum menjelaskannya, terlebih dulu perlu digarisbawahi bahwa kelompok Syi’ah pun menamai mereka sebagai Ahlussunnah, dalam pengertian bahwa mereka juga mengikuti tuntunan sunnah Nabi Muhammad Saw, dan memang semua kaum muslim harus mengakui dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw, karena tanpa mengikutinya seseorang tidak dapat menjalankan secara baik dan benar ajaran Islam.[2]
Kata Syi’ah secara etimologi berarti “Pembela atau Pengikut”, sedangkan menurut terminologi Syi’ah berarti “Mereka yang menyatakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah yang paling utama diantara para  sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan dan imamah atas umat islam, demikian pula anak cucunya”.[3]  Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengutip pendapat Syekh Muhammad Jawad Maghniyah memberikan definisi tentang kelompok Syi’ah, bahwa mereka adalah “Kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw, telah menetapkan dengan Nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah Beliau dengan menunjuk Imam Ali bin Abi Thalib”.[4]
Rasulullah Saw, diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu. Allah berfirmaan :
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama ) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).” (Qs. Ali Imran : 103)
  1. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).[5]
            Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib  yang  berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.[6]
            Akan tetapi pendapat yang paling populer adalah bahwa sekte ini baru lahir setelah gagalnya perundingan antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan pihak Sayyidina Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin yang lazim disebut sebagai peristiwa al-Tahkim (arbitrase) akibat kegagalan itu, sejumlah paasukan Alimenentang kepemimpinan beliau dan keluar dari pasukan beliau, mereka ini disebut golongan Khawarij orang-orang yang keluar dari barisan Sayyidina Ali. Sebagian besar orang yang tetap setia kepada Khalifah disebut Syi’ah Ali (pengikut/golongan Ali).[7]



  1. Doktrin Pokok Ajaran Syiah
            Dalam syiah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu’uddin (masalah penerapan agama). Syiah memiliki lima ushuluddin :
  1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
  2. Al-adl, bahwa Allah SWT adalah Maha adil.
  3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.
  4. Al-Imamah, bahwa syiah meyakini adanya imam-imam yang senatiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
  5. Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan

Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam al-quran yang menginformasikan bahwa Allah Maha kuasa menciptakan Takdir.

  1. Ajaran Syiah
            Perbedaan pandangan dalam konsep Imamah (kepemimpinan) yang menjadikan sekte-sekte bermunculan. Sebagaimana diketahui dalam kasus aliran syiah, bahwa persoalan imamah merupakan salah satu doktrin syiah yang tetap menjadi prinsip. Persoalan pemimpin mereka punya pandangan yang diyakini turun temurun. Berikut penjelasannya dan beberapa doktrin yang terdiri atas tauhid, taqiyah, mu’tah, bada, dll.

  1. Imamah (Khalifah)
Kaum Syi’ah menggunakan kata “imam” untuk orang yang menggantikan Rasulullah Saw. Kaum Syi’ah meyakini bahwa seorang imam memiliki kedudukan, sifat-sifat derajat dan fungsi yang sama dengan Rasulullah Saw, tanpa ada perbedaan sedikitpun.[8] Bagi mereka yang mempelajari Syi’ah, akan mengakui bahwa sejak zaman Nabi Saw, sejak ada Syi’ah Ali (pengikut ali) yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua setelah Rasul yang kedudukannya terhadap Rasul seperti Nabi Harun sesudah Nabi Musa  dan benihnya ditabur oleh Rasulullha Saw, sejak permulaan kenabiannya.[9]  Sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Harun adalah washi (pengganti kepemimpinan) Nabi Musa saat ia akan menerima wahyu di Bukit Tursina.[10]  Syiah berpendapat, imam adalah dasar dari ajaran islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam. Bagi mereka imam sama kedudukannya setingkat nabi, bahkan ada yang mengatakan melebihi.

  1. Tauhid
Tauhid pada prinsipnya adalah keesaan Tuhan dalam sifat, perbuatan, dan dzat-Nya, serta kewajiban mengesakan dalam beribadah kepada-Nya.[11] Dalam prinsip al-tauhid (keesaan Allah), Syiah meyakini bahwa Allah Swt. adalah Zat Yang Mahamutlak, yang tidak dapat dijangkau oleh siapa pun(laa tudrikuhul abshar wahua yudrikul abshar). Dia Maha sempurna. Jauh dari segala cela dan kekurangan. Bahkan, Dia adalah kesempurnaan itu sendiri danmutlak sempurna, mutlaq al-kamal wal kamal almuth laq. Syiah meyakini bahwa Allah adalah Zat Yang tak terbatas dari segala sisi; ilmu, kekuasaan, keabadian, dan sebagainya. Oleh karena itu, Dia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena keduanya terbatas. Tetapi pada waktu yang sama, hadir di setiap ruang dan waktu karena Dia berada di atas keduanya.[12]
            Secara umum syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah SWT. Hanya saja ada pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep tauhid ini. Mereka percaya bahwa Allah adalah Tunggal dan tidak ada sekutu. Tetapi dalam syiah, mereka kemudian menyebut-nyebut ; wahai Ali, wahai Husein dan keturunan Ali lainnya saat berdoa. Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam aliran Sunni sebagai aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
            Selain itu syiah juga tidak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dam melihat. Alasannya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan Manusia. Syiah juga meyakini Allah tidak bisa melihat hal-hal yang akan terjadi.


  1. Bada
Al-Bada’ memiliki dua arti : pertama adalah arti leksikal yang hanya mungkin disandarkan pada keberadaan yang terbatas. Dan hal ini pasti tak pantas dinisbatkan kepada Allah Swt. Adapun arti kedua adalah pengubahan takdir karena amal salih atau tindakan jahat hamba.[13] Dalam al-Qur’an disebutkan Qs. al-Ra’du : 39 dan Qs. al-Ra’du : 11.
            Bada’ secara bahasa adalah “menampakkan atau diketahuinya sesuatu setelah sebelumnya tidak nampak atau tidak diketahui”.[14] Dalam konteks terminologi, syiah meyakini bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan yang semula telah ditetapkan dan menggantinya dengan yang baru. Sederhananya, ilmu Allah itu dinamis karena bisa saja berubah-ubah sesuai kebutuhan dan fenomena terkini.
            Bada’ adalah salah satu akidah Syi’ah yang memiliki tempat tersendiri dalam keyakinan mereka. Betapa akidah ini memiliki urgensitas yang setara dengan akidah-akidah Syi’ah yang lain, sampai-sampai ada riwayat dalam kitab hadits Al-Kafi (salah satu kitab induk Syi’ah)  mereka yang menyatakan sebagai berikut :
ما عُبَدَ الله بشيءٍ مثلَ البداءِ .
Artinya : “tidak ada penyembahan kepada Allah Swt, yang lebih baik dari pada bada’”,[15]

  1. Taqiyah     
Taqiyah dari segi bahasa adalah pemeliharaan atau penghindaran. Sedangkan menurut istilah adalah “meninggalkan sesuatu yang wajib demi memelihara diri atau menghindar dari ancaman atau gangguan”.[16] Setiap penganut Syi’ah harus memiliki sifat taqiyah, dengan tujuan agar misi dan rencana perluasan ajaran syi’ah dapat berjalan mulus dan sesuai dengan rencana.[17]
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebennaran dan menutupi keyakinannya dari orang-orang yang berbeda dengan syiah. Tujuannya untuk menjaga dari marabahaya yang bisa saja menghampiri masalah harta, kekuasaan dan juga aqidah. Taqiyah ini kemudian posisinya sepert sholat. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir. Tidak melakukan taqiyah, berarti belum sempurna agama seseorang.
  1. Raj’ah (ingkarnasi[18]).
Salah satu ajaran Syi’ah adalah Raj’ah (ingkarnasi). Syi’ah Imamiyah sepakat meyakini doktrin ini sebagai salah satu ajaran mereka.[19] Dalam Syi’ah, raj’ah merupakan kelanjutan dari episode kehadiran al-Mahdi, dimana menurut keyakinan mereka, semua Imam Ahlul Bait dan ornag-orang yang memusuhinya pasca kedatangan al-Mahdi akan dibangkitkan kembali dari kematian, mereka akan berhadap-hadapan dalam suatu medan pertempuran.[20]

  1. Nikah Mut’ah
Asal kata Mut’ah ialah sesuatu yang dinikmati atau diberikan untuk dinikmati.[21] Misalnya benda yang diberikan sebagai “ganti rugi” kepada istri yang telah dicerai. Demikian pula kata kerja tamatta’a dan istamta’a, berasal dari kata yang sama yang berarti “menikmati atau bernikmat-nikmat  dengan sesuatu”. Haji tamattu’ disebut demikian karena memberikan kemudahan (kenikmatan) bagi yang mengerjakannya.[22]  
Pengertian nikah mut’ah menurut Syi’ah Imamiyah disebutkan : nikah mut’ah ialah apabila seorang wanita mengawinkan dirinya dengan anda dalam keadaan tidak ada hambatan apapun (pada diri wanita tersebut) yang membuatnya haram dinikahi, sesuai dengan aturan Agama.[23] Kaum Syi’ah meyakini bahwa sangat besar pahala bagi seseorang yang melakukan nikah mut’ah dalam hal ini Sayyid Fathullah al-Kasyani meriwayatkan dalam Tafsir Manhaj Ash-Shadiqin dari Nabi Saw sesungguhnya dia bersabda “barangsiapa yang melakukan mut’ah satu kali, maka dia seperti derajat Husain As. Barang siapa yang melakukan mut’ah dua kaili maka dia seperti derajat Hasan As. Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah tiga kali maka dia seperti Imam Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah empat kali maka dia seperti  derajatku (Rasulullah Saw)”.[24]


Demikian itulah pendapat para imam kami yang dua belas, dari kalangan ahlu al-bait dan mereka ini diikuti oleh Syi’ah (para pendukung dan pecinta) mereka, tetap halal untuk selama-lamanya.[25] Sekitar 20 sahabat Rasulullah Saw dan tabi’in yang melakukan nikah mut’ah antara lain Imran bin Husain, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Sa’id al-Khudri, Salmah bin Umayyah bin Khalaf, Ma’bad bin Umayyah, Zubair bin Awam, Khalid bin Muhajir… dan lainnya.[26]

  1. Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum :
Pada Rukun Iman : Syi’ah hanya memiliki 5 rukun Iman tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qodho dan Qodar, yaitu : 1. Tauhid (Keesaan Allah), 2. Al ‘Adl (Keadilan Allah), 3. Nubuwwah (Kenabian), 4. Imamah (Kepemimpinan Imam), 5. Ma’ad (Hari kebangkitan dan pembalasan). (lihat ‘Aqa’idul Imamiyyah oleh Muhammad Ridho Mudhoffar dll.).
Pada Rukun Islam : Syi’ah tidak mencantumkan Syahadatain dlm rukun Islam, yaitu : 1. Sholat, 2. Zakat, 3. Puasa, 4. Haji, 5. Wilayah (Perwalian) (lihat Al Kafie juz II hal. 18). Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambah atau dikurangi dari yg seharusnya. (lihat Al-Qur’an Surat Al _Baqarah/ 2:23). Karena itu mereka meyakini : Abu Abdillah (Imam Syi’ah) berkata : “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad saw. Adalah tujuh belas ribu ayat (Al Kafi fil Ushul juz II hal 634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fathul Khithob karangan Annuri Ath Thibrisy). Syi’ah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal Nabi saw. Mereka murtad, kecuali beberapa orang saja seperti : Al-Miqdad bin al_Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal. 245, Al-Ushul minal Kafi juz hal. 244) Syi’ah menggunakan senjata taqiyyah yaitu  berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabuhi (Al Kafi fil Ushul juz II hal. 217).
 
  1. Sekte Syiah
Beberapa ulama’ dan ahli sejarah berbeda pendapat mengenai firqah (kelompok-kelompok) besar Syi’ah antara lain, Abdul Mannan dalam bukunya Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia membagi Syi’ah terdiri dari lima kelompok besar : Al-Kisaniyah, (yang terpecah belah menjadi 4 kelompok). Az-Zaidiyah, (yang terpecah belah menjadi 3 kelompok). Al-Imamiyah, (yang terpecah belah menjadi 7 kelompok). Al-Ghaliyah (syi’ah ekstrim). Dan Isma’iliyah.[27]  Sedangkan menurut Prof. Dr. M. Quraish Syihab dalam bukunya Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.! membagi Syi’ah terdiri dari empat kelompok besar :
Syi’ah Ghaliyah (Syi’ah Ghulat-Syi’ah Ekstrim), Syi’ah Ismailiyah dan cabang-cabangnya, Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Itsna Asy’ariyah.[28] Sejarah membuktikan bahwa Syi’ah terpecah menjadi bayak golongan Syekh Abu Muhammad al-Wailatutturi al-Malibari dalam kitabnya Hidayatul Muwaffiqin menyebutkan Syi’ah terdapat 20 pecahan/cabang.[29]


  1. Tokoh-Tokoh Aliran Syiah   
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya.

Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Prof. Dr.  Mahmud Syaltut al Azhari, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud Syaltut berfatwa membolehkan beribadah mengikuti Fiqh Syi’ah Ja’fariyah atau Fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah,  suatu fatwa yang belum pernah diberikan oleh ulama’-ulama’ madzhab empat.[30]

Ulama’-ulama’ Syi’ah antara lain :
NO
ULAMA’ SYI’AH KLASIK
ULAMA’-ULAMA’ SYI’AH MODERN
1
Ali bin Abi Thalib
Nashr bin Muhazim
2
Hasan bin alia z-Zaki
Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
3
Husain bin Ali asy-Syahid
Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
4
Ali bin Husain Zainal Abidin
Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
5
Muhammad bin Ali al-Baqir
Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
6
Ja’far bin Muhammad Shadiq
Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi
7
Musa bin Ja’far al-Kazhim
Sayyid Muhammad Husain Kaysful Ghitha’
8
Ali bin Musa ar-Ridha
Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
9
Muhammad bin Ali al-Jawwad
Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
10
Ali bin Muhammad al-Hadi
Muhammad bin Hamam al-Iskafi
11
Hasan bin Ali al-Askari
 Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
12
Muhammad bin al-Hasan al-Mahdi.[31]
Ibn Qawlawaeh al-Qomi


Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i


Ayatullah Ruhullah Khomeini


Sayyid Husseyn Fadhlullah


Murtadha Muthahhari


Syekh ‘Ali Syari’ati.[32]


BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Syiah adalah salah satu aliran islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan keturunanya adalah imam – imam atau para pemimpin agama dan umat setelah nabi Muhamad SAW wafat. Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya Syiah, pikiran yang paling menonjol terletak pada persoalan imamah, selain persoalan imamah juga menimbulkan sekte – sekte dalam Syiah itu sendiri, ajaran yang terpenting yang berkaitan dengan khilafah adalah al – ismah, al – mahdi, al – taqiyyah, dan ar – ra’agh. Kini Syiah dengan berbagai alirannya masih tersebar cukup luas di Iran. Syiah merupakan mazhab resmi negara, di samping itu Syiah juga terdapat di Irak, Pakistan, India, danYaman.
Dimata syiah, Ali adalah tokoh yang paling sempurna, tanpa cela dan dosa serta memiliki daya karismatik yang besar. Banyak sekali hadits yang dibuat untuk menunjukkan kelebihan dan keutamaannya. Dia adalah orang yang paling setia terhadap Nabi. Paling berani, paling gagah, paling pintar, paling arif dan paling bijaksana.


  1. Kritik dan Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata kuliah Ilmu Kalam. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif (membangun), agar dapat dibuat acuan dalam terselesainya makalah kami yang berikutnya.






DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad al-Malibari, 2007. Hidayatul Muwaffiqin, terj. Ahmad Sunarto, Ahlussunnah wal Jama’ah Sebagai Aqidah Yang Menunjukkan Ke Jalan Yang Lurus. Kediri : Pon. Pes. Hidayatuth Thullab. Cet-1.
Abdul Mannan, 2012. Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia. Kediri : tp.
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , 2006. Ilmu Kalam. Bandung: Puskata Setia. Cet-2.
Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, 2008. Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.? (Jawaban Atas Buku Dr. M. Quraish Shihab Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!). Pasuruan : Pustaka Sidogiri. Cet-2.
Chuzaimah T. Yanggo, 2002. Problematika Hukum Islam Kontemporer 1. Jakarta : Pustaka Firdaus. Cet-4.
Kh. Sahilun A. Natsir, 2010. Pemikiran Kalam (Tologi Islam) Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Cet-1.
Majalah Sidogiri : Edisi 109 Safar 1437 H/2016.
M. Quraish Shihab, 2007. Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.! Mungkinkah.? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran. Jakarta : Lentera Hati. Cet-2.
Muhammad Abu Zahrah, 2008. Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Jakarta: Logos.
Muhammad Anis, 2013. Islam dan Demokrasi Perspektif Wilayah Al-Faqih. Bandung : Mizan. Cet-1
O. Hashem, 2011. Syi’ah Ditolak Syi’ah Dicar.  Cet-5. Yogyakarta : Rausyan Fikr Institute.
Sayyid Husain al-Musawi, 2010. Mengapa Saya Keluar dari Syi’ah. Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar. Cet-8.
Sayyid Syarafuddin al-Musawi, 1996. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah. Bandung : Mizan. Cet-6.

Tim Ahlul Bait Indonesia (ABI), 2012. Buku Putih Madzhab Syi’ah. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia. Cet-4.


Link : http://www.anneahira.com/ajaran-syiah.htm (di akses 27/10/2016,  08:22).



[1] Analisa Pemakalah.
[2] M. Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.! Mungkinkah.? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, Cet-2, (Jakarta : Lentera Hati, 2007), hal. 60.
[3] Majalah Sidogiri : Edisi 109 Safar 1437 H/2016. hal. 54-55.
[4] M. Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah… hal. 61.
[5] Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Logos, 2008), hal. 34
[6] Abdur Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, Cet-2, (Bandung: Puskata Setia, 2006), hal.90
[7] Majalah Sidogiri : Edisi 109 Safar 1437 H/2016. hal. 55.
[8] Abdul Mannan, Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia, (Kediri : tp. 2012), hal. 166 (pendapat ini yang di anut oleh Syi’ah Ghulat-Syi’ah Ekstrim-).
[9] O. Hashem, Syi’ah Ditolak Syi’ah Dicari, Cet-5, (Yogyakarta : Rausyan Fikr Institute, 2011), hal. 154.
[10] Muhammad Anis, Islam dan Demokrasi Perspektif Wilayah Al-Faqih, Cet-1, (Bandung : Mizan, 2013), hal. 29.
[11] M. Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!...hal. 93.
[12] Tim Ahlul Bait Indonesia (ABI), Buku Putih Madzhab Syi’ah, Cet-4, (Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2012), hal. 16.
[13] Tim Ahlul Bait Indonesia (ABI), Buku Putih Madzhab Syi’ah…hal. 17.
[14] M. Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!..hal. 169.
[15] Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.? (Jawaban Atas Buku Dr. M. Quraish Shihab Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!), Cet-2, (Pasuruan : Pustaka Sidogiri, 2008), hal. 274.
[16] M. Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!...hal. 199.
[17] Abdul Mannan, Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia…hal. 195
[18] Ingkarnasi bererti penjelmaan roh dalam wujud makhluk lain (terutama manusia).
[19] Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.?... hal. 244.
[20] Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.?... hal. 244.
[21] Sayyid Syarafuddin al-Musawi, Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah, Cet-5, (Bandung : Mizan, 1996), hal. 87. Lihat pula :   Chuzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer 1, Cet-4, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), hal. 77.
[22] Sayyid Syarafuddin al-Musawi, Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah… hal. 87.
[23] Chuzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer … 78.
[24] Sayyid Husain al-Musawi, Mengapa Saya Keluar dari Syi’ah, Cet-8, (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2010), hal. 45
[25] Sayyid Syarafuddin al-Musawi, Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah… hal.92.
[26] Lebih lengkapnya nama-nama sahabat  dan tabi’in yang melakukan nikah mut’an baca  O. Hashem, Syi’ah Ditolak Syi’ah Dicari… hal. 173-176.
[27] Uraian lebih lengkap baca : Abdul Mannan, Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia hal. 43-121.
[28] Uraian lebih lengkap baca : M. Quraish Syihab dalam bukunya Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.!... hal. 69-83
[29] Abu Muhammad al-Malibari, Hidayatul Muwaffiqin, terj. Ahmad Sunarto, Ahlussunnah wal Jama’ah Sebagai Aqidah Yang Menunjukkan Ke Jalan Yang Lurus, Cet-1, (Kediri : Pon. Pes. Hidayatuth Thullab, 2007), hal. 40.
[30] Kh. Sahilun A. Natsir, Pemikiran Kalam (Tologi Islam) Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya, Cet-1, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2010), hal.105.
[31] Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.?... hal.60
[32] Link : http://www.anneahira.com/ajaran-syiah.htm (di akses 27/10/2016,  08:22).

Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar