Perbandingan Makna
Dari Surat An-Nisa Ayat 1
Dalam Beberapa
Kitab Tafsir
REDAKSI
SURAT AN-NISA’ AYAT 1
يا ايها الناس
اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء
واتقواالله الذي تساءلون به والارحام ان الله
كام عليكم رقيبا
Wahai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari jiwa yang
satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan Mengawasi kamu.
Ø
TAFSIR SURAT AN-NISA’ AYAT
1 DALAM BEBERAPA KITAB TAFSIR
(ياايها الناس)
أي أهل مكة (اتقوا ربكم) أي عقابه بأن تطيعوه (الذي خلقكم من نفس واحدة) ادم
(وخلق منها زوجها) حواء بالمد من ضلع من أضلاعه
اليسري (وبث) فرق ونشر (منهما) من ادم وحواء (رجالا كثيرا ونساء) كثيرة (واتقوا
الله الذي تساءلون) فيه ادغام التاء في الأصل في السين وفي القراءة بالتخفيف
بحذفها أي تتساءلون (به) فيما بينكم حيث يقول بعضكم لبعض أسألك بالله وأنشدك بالله
(و) اتقوا (الأرحام) أن تقطعوها وفي القراءة بالجر علي الضمير في به وكانوا
يتناشدون بالرحم (ان الله كان عليكم رقيبا) حافظا لأعمالكم فيجازيكم بها أي لم يزل
متصفا بذلك
(Wahai manusia) penduduk Makkah (bertakwalah
kepada Tuhanmu) artinya takutlah siksa-Nya dengan jalan mentaati-Nya (yang
telah menciptakan kamu dari satu diri) yakni Adam (dan menciptakan dari
padanya istrinya) yaitu Hawa- dibaca panjang-. Dari salah satu tulang
rusuknya yang kiri ( lalu mengembangbiakkan) menyebarluaskan (dari
kedua mereka itu) dari Adam dan Hawa (laki-laki yang banyak dan wanita) yang
tidak sedikit jumlahnnya (dan takutlah kepada Allah yang kamu saling
meminta) terdapat idgham Ta dan Sin, sedang menurut satu qira’at dengan
takhfif yaitu membuangnya hingga menjadi tas-aluna (dengan namanya) yang
sebagian kamu mengatakan kepada sebagian lainnya:” saya meminta kepadamu dengan
nama Allah” (dan) jangan pula (hubungan silaturahim) jangan
sampai terputus. Menurut satu qira’at dibaca dengan kasrah diathafkan dengan
dhamir yang terdapat pada bihi, dan mereka juga saling berkunjung melalui
silaturahim (sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu) menjaga
perbuatanmu dan memberi balasan terhadapnya. Maka sifat mengawasi itu selalu
melekat dan terdapat pada Allah Ta’ala.[1]
يا ايها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم
من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقواالله الذي تساءلون به والارحام
ان الله كام عليكم رقيبا
Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari jiwa yang
satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.[2]
Saat Allah swt
mengajak manusia untuk bertakwa, Dia berfirman: “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu.”
Maksudnya, bertakwalah kepada Tuhanmu, buatlah penghalang antara kamu
dan Tuhanmu, bagaimana caranya? Pintu penghalang pertama ialah dengan cara mengimani-Nya sebagai Tuhan.[3]
Disaat Allah
menggunakan lafaz yaa ayyuhallazina’amanu, mereka selalu
dalam posisi siap untuk menerima taklif/beban, karena setelah seruan ini
biasanya keluar taklif-Nya. Seakan-akan Allah ingin mengatakan:” aku tidak
menghambat kebebasanmu, aku tidak membebani kamu kecuali kamu beriman
kepada-Ku, selama kamu mengimani-Ku sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha
Bijaksana, dengarlah ucapan-Ku. Surat an-Nisa’ ini dimulai dengan yaa
ayyuhannas yang berarti manusia tidak diminta untuk melakukan suatu
perintah, tetapi untuk beriman, Dia berkata:” Wahai manusia, kemarilah untuk
berada disamping-Ku, agar kamu bisa mengambil keputusan: beriman atau tidak.[4]
Allah tidak
berkata bertakwalah kepada Allah tapi bertakwalah kepada Tuhanmu, karena
Allah adalah Tuhan yang konotasi sebagai Zat yang Maha disembah, yang perintah
dan larangannya-Nya harus dipatuhi. Sedangkan manusia yang diserukan Tuhan
belum sampai pada derajat ini, mereka masih dalam derajat perlu didikan
Zat Yang Maha Pendidik (Rabb).
من
نفس واحدة
jumhur ulama sepakat bahwa makna nafsun
wahidatun adalah adam.
Al-Qaffal
mengatakan bahwa makna ayat ini ialah sesungguhnya Allah telah menciptakan
setiap orang diantara kalian berasal dari satu jiwa kemudian dia menjadikan
istri untuknya yang diciptakan dari dirinya atau kemungkinan khitab
(pembicaraan) ayat ini ditujukan kepada kaum Quraisy yang hidup pada masa Nabi
Muhammad saw. Mereka adalah keluarga Qusay, dan yang dimaksudkan dengan nafsin
wahidah dalam ayat ini adalah Qusay sendiri.[5]
Ada juga
sebagian yang memahami nafsin wahidah dalam arti jenis manusia
lelaki dan wanita. Syaikh Muhammad Abduh, al-Qosimi dan beberapa ulama
kontemporer lainnya memahami demikian.[6]
Ulama berbeda
pendapat tentang وخلق
منها darinya
Allah menciptakan apakah maksud “nya” menciptakan
hawa dari jiwa Adam atau dari jiwa hawa sendiri. Yang menyatakan dari jiwa hawa
sendiri beralasan dengan pemahaman ayat, sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kamumu anfusakum/sendiri yakni menurut Abu Muslim
Al-Asfahaniy berpendapat yang dimaksud dengan makna lafaz منها adalah
dari yang sejenis dengannya,[7]
Sebagaimana makna terdapat di
dalam firman-Nya yang lain:
ومن ايته ان خلقلكم من انفسكم ازواجا
لتسكنوا اليها وجعل بينكم مودة ورحمة
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang
(Ar-Ruum:
21)
لقد جاء كم
رسول من انفسكم
Sungguh
Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri
لقد من الله
علي المؤمنين اذ بعث فيهم رسولا من انفسهم
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, Tidak ada perbedaan diantara
ayat-ayat itu dengan yang lainnya dalam hal ushlubnya, bahkan makna
semuanya sama.
Atau menurut pendapat lain maksud dari وخلق منها darinya Allah menciptakan ialah
dari tulang punggung Adam, tapi ungkapan ini tidak ada bukti yang kuat yang
mendukungnya, selama tidak ada bukti yang kuat, maka pernyataan pertama yang
dipengang.
(وخلق
منها زوجها) “ Dan
darinya Allah menciptakan istrinya.” Yaitu Hawa
yang diciptakan dari tulang rusuk Adam bagian kiri dari belakang. Di saat Adam
tidur, lalu sadar dari tidurnya, ia melihat Hawa yang cukup menakjubkan. Hingga
muncul rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya.
Didalam hadits shahih dinyatakan:
ان المرأة خلقت
من ضلع وان أعوج شيء في الضلع أعلاه فان ذهبت تقيمه كسرته وان استمتعت بها استمتعت
بها وفيها عوج
“Sesungguhnya wanita diciptakan
dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian yang
paling atas. Jika engkau memaksakan untuk meluruskannya, maka engkau akan
mematahkannya. Tetapi jika engkau bersenang-senang dengannya, maka
bersenang-senanglah dengannya, sedangkan padanya terdapat kebengkokan.”[8]
Ide kelahiran
Hawa dari tulang rusuk Adam, menurut Rasyid Ridha timbul dari pemahaman yang
termaktub dalam Injil perjanjian lama (kejadian II: 21-22) yang menyatakan
bahwa ketika Adam tidur lelap, maka Allah mengambil sebilah tulang rusuknya,
lalu ditutupkannya pula tempat itu dengan daging. Maka dari tulang yang telah
dikeluarkan dari Adam itu, Tuham menjadikan seorang perempuan.[9]
Penegasan
makna Allah menciptakan darinya pasangannya, mengandung makna bahwa
pasangan suami istri itu khendaknya menyatu sehingga menjadi diri yang satu,
yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, bahkan
dalam menarik dan menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya pernikahan dinamai (زواج) yang berarti keberpasangan
disamping dinamai (نكاح )
yang berarti penyatuan jasmani dan rohani.
Sesungguhnya
proses penciptaan manusia merupakan urusan Tuhan yang tidak ada unsur manusia
sedikitpun didalamnya, selama Zat yang menciptakan yang mengatakan maka
dengarlah dengan baik, karena ini bukanlah satu pengetahuan yang harus diselami
melalui eksperimen. Oleh sebab itu, tatkala Darwin ingin memecahkan rahasia
ini, datang teori baru yang menentangnya. Teori baru itu berkata:” apabila kera
pertama telah berproses sehingga menjadi manusia, kenapa kera lainnya tidak
berproses pula untuk menjadi manusia sehingga punahlah spesies kera di muka
bumi ini, pernyataan ini tidak bisa dijawab Darwin, kita katakan bahwa
penciptaan manusia pertama tidak kita saksikan, maka dengarlah ucapan Zat yang
menciptakannya. “Aku tidak menghadirkan mereka (Iblis dan anak cucunya)
untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri
mereka sendiri; dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu
sebagai penolong. (QS al-Kahfi: 51).[10]
وبث منهما
رجالا كثيرا ونساءdan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan banyak.” Artinya Allah
lahirkan dari keduanya yaitu Adam dan Hawa, laki-laki dan wanita yang banyak
sekali, serta ditebarkan di berbagai pelosok dunia dengan perbedaan golongan,
sifat, warna dan bahasa mereka. Kemudian setelah itu, hanya kepada-Nya tempat
kembali dan tempat berkumpul.[11]
Dalam Tafsir al-Maroghi juga
dijelaskan bahwa dari dua sejoli ini (Adam dan Hawa) akan lahir keturunan. Dan
Allah menjadikan keturunan itu dari dua pasangan, suami istri. Maka keturunan
manusia dikembangbiakkan melalui pasangan yang terdiri dari laki-laki dan
wanita. Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki banyak dan
perempuan, ayat ini menginformasikan bahwa populasi manusia pada mulanya
bersumber dari satu pasangan, kemudian satu pasangan itu berkembang biak,
sehingga menjadi sekian banyak pasangan yang berkembang biak.[12]
Kalimat
laki-laki lebih banyak dari perempuan, kenapa tidak disempurnakan dengan
كثيرات ونساء dan perempuan
lebin banyak?
Karena biasanya jumlah laki-laki lebih
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah perempuan. Dalam kebun kurma terlihat
jumlah sedikit sekali jika dibandingkan dengan betinanya. Sedikitnya jumlah
laki-laki sudah merupakan takdir, karena jumlah yang sedikit itu mampu untuk
membuahi ribuan jumlah pohon. Jadi, kalimat laki-laki yang banyak dan
perempuan mengindikasikan bahwa jumlah laki-laki sangat sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah perempuan, atau sebaliknya.[13]
Imam Al-Baqa’I menyatakan
bahwa walaupun sebenarnya perempuan lebih banyak dari lelaki, tetapi kata “banyak”
yang menyusul kata lelaki itu mengisyaratkan bahwa lelaki memiliki derajat
lebih tinggi, mereka lebih kuat, lebih jelas kehadirannnya di tengah masyarakat
dibanding perempuan. Imam Fakhruddin ar-Razi sebelumnya juga mengatakan
kata “banyak” yang menyifati lelaki kenapa bukan perempuan, karena
lelaki lebih popular, sehingga jumlah banyak mereka lebih jelas. Ini juga
memberi peringatan bahwa wajarnya lelaki menampakkan dan menjadi populer, dan
wajar bagi perempuan dengan ketersembunyian dan kelembutan.[14]
واتقوا الله الذي تساءلون به “dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim.
Artinya bertakwalah kamu kepada Allah dengan dengan mentaati-Nya. Ibtahim,
Mujahid, dan al-Hasan berkata: الذي تساءلون به artinya
sebagaimana ucapan seseorang :”aku meminta kepadamu dengan (nama) Allah dan
dengan (hubungan) Rahim” Imam Adh-Dahhak berkata: “bertakwalah
kalian kepada Allah yang dengan-Nya kalian saling mengikat janji dan
persetujuan, serta takutlah kalian akan memutuskan silaturahim, dan berupayalah
untuk berbuat baik dan menyambungnya.[15]
Didalam Tafsir
al-Maraghi dijelaskan bahwa makna yang dimaksud dengan yang dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta,
ialah permintaan dengan nama keimanan kepada Allah dan mengagungkannya.
Seolah-olah dikatakan: “aku meminta kepadamu atas nama keimananmu kepada
Allah dan kamu mengagungkan nama-Nya, khendaknya kamu mengerjakan hal ini.
Kata الأرحام al-arham
adalah bentuk jamak dari رحيم rahim
yaitu tempat peranakan. Disanalah benih anak tinggal, tumbuh dan lahir,
selanjutnya berkembang biak. Rahim adalah yang menghubungkan seseorang
dengan yang lainnya, bahkan melalui rahim persamaan sifat, fisik dan psikis
yang tidak dapat diingkari, kalaupun persamaan itu tidak banyak tetapi ia pasti
ada. Karena itu Alalh mengancam orang yang memutuskan dan menjanjikan
keberkahan dan usia panjang bagi siapa yang memeliharanya.[16]
ان الله كان عليكم رقيبا Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. Sesungguhnya Allah selalu mengawasi
semua amal perbuatan dan motivasi yang ada dalam jiwamu, disamping pengaruhnya
terhadap sikapmu. Semua ini tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Ini
merupakan arahan dan perintah untuk selalu merasa diawasi oleh Rabb Yang
Maha mengawasi. Untu itu Allah menyebutkan bahwa asal penciptaan manusia itu
berasal dari satu ayah dan satu ibu, agar sebagian mereka berkasih sayang
dengan sebagian lainnya. Serta menganjurkan mereka untuk memperhatikan kaum
dhu’afa dikalangan mereka.[17]
Didalam Shahih Muslim dari
hadits Jarir bin ‘Abdullah al-Bajali ia berkata:” sesungguhnya
Rasulullah disaat menerima kedatangan kelompok Mudharr yang merupakan petani
buah-buahan dari kalangan kaum miskin dan fakir, beliau berdiri dan berkhutbah
dihadapan orang banyak setelah shalat Zuhur. Didalam khutbahnya beliau membaca
ayat ini: ياايها
الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة
kemudian beliau membaca ayat:
ياايها الذين امنوا الله ولتنظر نفس
ما قدمت لغد
Habis itu beliau menganjurkan untuk bersedekah dan bersabda.[18]
تصدق رجل من
دينار من صاع بره من صاع تمره
Seorang laki-laki bersedakah
dengan dinarnya dan dirhamnya serta dengan satu sha’ gandumnya dan satu sha’
kurmanya.
Allah memiliki perumpamaan yang sempurna dimana pengawas biasanya memiliki
banyak hal tetapi yang menjadi focus pengawasan hanya terhadap hal-hal yang
diintruksikan. Lain lagi Allah mengawasi seluruh perbuatan manusia. ان
ربك لبالمرصاد Sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar mengawasi. (QS al-Fajr:
14).
Sumber;
kritik
dan saran kami harapkan melalui E-mail kami; moh.ababil@yahoo.com
[1]
Jalaluddin
al-Mahalliy dan Jalaluddin as-Suythi, Tafsir Jalalain, (Surabaya: Darr
al-Ilmi,), Jilid I, hal 69-70.
[2] Muhammad
Mutawalli Asy-Sya’rawiy, Tafsir Asy-Sya’rawiy, cet. Akhbar al-Yaum,
Jilid. 4 hal. 1993.
[3]
Muhammad
Mutawalli Asy-Sya’rawiy, Tafsir Asy-Sya’rawiy, cet. Akhbar al-Yaum,
Jilid. 4 hal. 1993
[4]
Ibid
[5] Ahmad Musthafa
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, cet. Dar-Fikr. Jilid. 2, hal. 175.
[6] M. Quraiys
Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 332.
[7] Ahmad Musthafa
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, cet. Dar-Fikr. jild. 2, hal. 177.
[8]
Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut: Darr al-Qur’anul Karim) Cet II,
[9]
M. Quraiys
Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 332.
[11] Ibnu Katsir, Tafsir
Ibnu Katsir, (Beirut: Darr al-Qur’anul Karim) Cet II,
[12] M. Quraiys
Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, hal.
332.
[13]
Muhammad
Mutawalli Asy-Sya’rawiy, Tafsir Asy-Sya’rawiy, cet. Akhbar al-Yaum, jld.
4 hal. 1997.
[14] M. Quraiys
Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, hal.
333.
[15]
Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut: Darr al-Qur’anul Karim) Cet II,
[16]
M. Quraiys
Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, hal.
334.
[17]
Ahmad
Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Dar-Fikr. Jilid. 2, hal. 179.
[18] Ibnu Katsir, Tafsir
Ibnu Katsir, (Beirut: Darr al-Qur’anul Karim) Cet II.
0 komentar:
Posting Komentar