MAKKIYAH MADÂNIYAH
Salah satu
syarat diantara syarat-syarat dan kriteria yang lain untuk memahami kajian
al-Qur’ân secara benar, tentu tidak akan lepas dari satu kajian yang disebut Mabâhits
al-Makkiyah wa al-Madâniyah (suatu kajian tentang ayat dan surat yang turun
di Kota Mekkah al-Mukarramah dan di Kota Madînah al-Munawwarah), dengan
mengetahui ilmu tersebut dapat membantu dalam menafsirkan al-Qur’ân dengan benar. Ada beberapa sekelompok ulama’
yang membahas secara khusus tentang kajian Makkiyah dan Madâniyah ini, tiga di
antara sekian banyak ulama’ yang membahasnya, antara lain Abû Muhammad Makkî
al-Muqri’ (w.437 H) salah satu ulama’ kelahiran Qairawan dan kemudian tinggal
di Cordova[1], Syekh ‘Izz al-Dîn
al-Dairânî/al-Damîrî al-Syafi’î (w.694 H) ulama’ kelahiran Mesir.[2] dan Bahr al-‘Ilm al-Imâm Jalâl al-Dîn
Abd al-Rahmân al-Suyûthî/al-Aşyûthî al-Syafi’i, ia pernah berkata “Sesungguhnya
saya telah merasa cukup kenyang membahas tentang masalah dan bentuk-bentuk ilmu
ini. Karena, saya telah memilah-milah dan membedakan diantara ilmu tersebut
dalam bagian dan macamnya secara tersendiri.”[3]
A. Definisi Makkiyah, Madâniyah dan Bukan Termasuk dalam Surah
Keduanya
Penting untuk diketahui, bahwa di kalangan para ulama’ berbeda
pendapat mengenai interpretasi Makkiyah[4] dan Madâniyah[5] ini, setidaknya terdapat
tiga pendapat, yaitu ;
1.
Makkiyah
adalah wahyu yang dituturunkan sebelum hijrahnya Nabi Saw ke Kota Madînah, dan
yang disebut Madâniyah adalah wahyu yang turun setelah hijrahnya Nabi Saw,
meskipun turunnya itu di Kota Mekkah maupun di Kota Madînah, apakah itu pada
tahun penaklukan Kota Mekkah atau pada tahun haji Wada’ atau ketika beliau
sedang dalam salah satu perjalanan dari sekian banyak perjalanan beliau, atau
tidak sedang dalam perjalanan.[6]
2.
Makkiyah
adalah wahyu yang turun di Kota Mekkah[7] meskipun turunnya itu
setelah Hijrah ke Kota Madînah, sedangkan
Madâniyah[8] adalah wahyu yang turun di
Kota Madînah.[9]
Atas dasar inilah
terdapat suatu kesimpulan dan ketetapan yang seimbang dan bijaksana bahwasannya
; “Wahyu yang turun ketika Nabi Muhammad Saw sedang dalam perjalanan atau
bepergian, tidaklah termasuk dalam kategori Makkiyah ataupun Madâniyah.” [10]
3.
Makkiyah
adalah wahyu yang khusus diturunkan untuk penduduk Kota Mekkah dan sekitarnya.
Adapun Madâniyah adalah wahyu yang secara khusus diturunkan untuk penduduk Kota
Madînah.[11]
Difinisi di atas merupakan suatu pemikiran yang mencul dari benak
beberapa ulama’ sebagai pemahaman dari ucapan Sahabat ‘Abdullâh bin Mas’ûd r.a.
وَقَدْ أَخْرَجَ الْبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ: "وَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ مَا نَزَلَتْ آيَةٌ
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى إِلَّا وَأَنَا أَعْلَمُ فِيمَنْ نَزَلَتْ وَأَيْنَ
نَزَلَتْ ".
Diriwayatkan bahwasannya telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin
Hafs telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami
al-A’Masy telah menceritakan kepada kami Muslim dari Masruq ia berkata ;
berkata Abdullâh bin Mas’ûd r.a : “Demi Allah tidak ada Dzat selain-Nya,
tidaklah ada sesuatu ayat dari al-Qur’ân yang diturunkan kecuali saya tahu dimana dan
mengapa diturunkan…”[12]
HR. Imam al-Bukhari. No. 5002
B. Macam-macam dan Pembagian Surah Makkiyah dan Madâniyah
Secara
universal para ulama’ membagi macam-macamnya surah al-Qur’ân menjadi dua kelompok, yaitu surah makkiyah dan
surah Madâniyah. Hanya saja mereka berselisih dalam menetapkan jumlah ayat-ayat
al-Qur’ân tersebut. Sebagian mereka
mengatakan, bahwa jumlah keseluruhan surah makkiyah ada 95 surah. Sedangkan
surah al-Madâniyah ada 20 surah. Sebagian yang lain mengtakan, bahwa jumlah
surah makkiyah ada 84 surah, sedangkan surah Madâniyah berjumlah 30 surah.[13]
Syekh
Dr. ‘Abd Allâh Mahmûd Syahâtah mengatakan bahwa “Surah al-Qur’ân yang disepakati oleh para ulama’ sebagai surah Makkiyah
terdapat 82 surah, dan yang disepakati sebagai surah Madâniyah terdapat 20
surah. Sedangkan yang 12 surah lagi masih diperselisihkan status surah makkiyah
atau Madâniyah.”[14]
Surah dalam al-Qur’ân keseluruhan
terdapat 114 surah. menurut standar Mesir, surah makkiyah sebanyak 86 surah, sedangkan 28
surah lainnya tergolong Madâniyah. Sebuah surah, di anggap berasal dari mekkah (makkiyah)
jika ayat-ayat awalnya diturunkan di Kota Mekkah, begitupun sebaliknya.[15] Perbedaan pendapat ini
disebabkan karena adanya surah makkiyah atau Madâniyah, tatapi di dalamnya yang
boleh jadi berisi sedikit ayat yang tidak termasuk kategori makkiyah atau Madâniyah
itu sendiri.
Dalam
menetapkan mana ayat-ayat al-Qur’ân yang
termasuk kategori makkiyah dan Madâniyah ini, para ilama’ membagi menjadi empat
macam, yaitu :
1.
Surah-surah
Makkiyah Murni (مَكّيَّة كلّها)
Yaitu
surah-surah makkiyah yng seluruh ayat-ayatnya juga berstatus makkiyah semua,
tidak ada satu pun yang Madâniyah. Surah-surah yang berstatus makkiyah murni
ini keseluruhannya terdapat 58 surah, yang berisi 2.074 ayat. Contaonya seperti surah al-Hijr, al-Fatihah,
surah Yunus, al-Anbiya’ dan lainnya.
2.
Surah-surah
Madâniyah Murni (مَدَانيَّة كلّها)
Yaitu
surah-surah Madâniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madâniyah semua, tidak ada
satu ayat pun yang Makkiyah. surah-surah yang berstatus Madâniyah murni ini
keseluruhannya ada 18 surah, yang terdiri dari 737 ayat. Contohnya seperti
surah Ali Imran, al-Nisâ’, al-Nûr, al-Zalzalah dan lainnya.
3.
Surah-surah
Makkiyah yang berisi ayat Madâniyah (مَكيّةٌ فِيهَا
مَدنِية)
Yaitu
surah-surah yang sebetulnya kebanyakan ayatnya adalah Makkiyah, sehingga
berstatus Makkiyah, tetapi di dalamnya terdapat sedikit ayatnya yang berstatus Madâniyah.
Surah-surah yang demikian ini dalam al-Qur’ân ada 32 surah, yang terdiri dari 2699 ayat.
Contohnya antara lain surah al-An’âm, al-A’râf, Yusuf dan lainnya.
4.
Surah-surah
Madâniyah yang berisi ayat Makkiyah (مَدنِيّة فِيها
مكّيّة)
Yaitu surah-surah yang
kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madâniyah. Surah-surah yang demikian ini
dalam al-Qur’ân hanya terdapat 6 surah,
yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surah al-Baqarah, al-Ma’idah, al-Anfâl,
al-Taubah, al-Hajj dan Surah Muhammad.[16]
_________________
Catatan Penulis : penyebutan ayat dan surah yang termasuk Makkiyah dan Madâniyah
dalam al-Qur’ân ini melalui dua cara,
yaitu Sima’i dan Qiyasi, yang kerenanya para sarjana muslim (para ulama’ dan
cendekiawan) dan sebagian di kalangan orientalis menyebabkan perbedaan pendapat
dalam kajian studi al-Qur’ân .
C. Cara dan Ciri-ciri Mengetahui Surah Makkiyah dan Madâniyah
Imâm
al-Qadhî Abî Bakar al-Baqillânî, mengatakan bahwa “Nabi Muhammad Saw tidak
menjelaskan kepada para sahabat-sahabatnya mana ayat Makkiyah dan mana ayat Madâniyah.
Para sahabat juga tidak membutuhkan kejelasan tentang itu, mengetahui Makkiyah
dan Madâniyah juga bukan merupakan sebuah kewajiban yang harus diketahui oleh
setiap orang Islam dan Nabi Saw pun tidak diperintahkan untuk menjelaskannya.”
Cara
untuk mengetahui Makkiyah dan Madâniyah dapat diketahui dengan dua cara yaitu :
1.
Jalur
Riwâyah (Periwayatan /Transmisi)
Cara ini
menggunakan periwayatan yang shâhih (valid) dari sahabat yang
betul-betul mengatahui dan menyaksikan situasi dan kondisi turunnya wahyu.
Selain periwatan dari sahabat, riwayat dari tabi’in yang bersumber dari sahabat
juga sudah mencukupi untuk dijadikan tendensi dalam mengetahui dan menenentukan
Makkiyah dan Madâniyah.
2.
Jalur
Qiyâs (Penyamaan/Analog)
Melalui metode qiyâs
(penyamaan) seperti menggunakan kaidah-kaidah yang telah dijelaskan
(ijtihad) oleh para ulama’, semisal adanya tanda dalam menentukan surah Makkiyah
terdapat lafadz كَلاَّ , ayat sajadah dan
sebagainya.[17]
Mengetahui ayat atau
surah makkiyah dan Madâniyah tidak terlepas dari ijtihad para ulama’. Tidaklah
cukup riwayat yang berasal dari sahabat untuk mengategorikan semua ayat-ayat al-Qur’ân
dalam Makkiyah dan Madâniyah.
Selain menggunakan kedua cara di atas, ciri-ciri spesifik para
ulama’ memberikan kaidah-kaidah (rumus) tertentu dalam menentukan Makkiyah dan Madâniyah,
yaitu :
1.
Makkiyah
a.
Di
dalamnya terdapat ayat-ayat sajadah.[18] Dalam al-Qur’ân ayat-ayat sajadah tersebut sebanyak 15 surah,
Yaitu ; QS.07:206. QS.13:15. QS.16:50. QS.17:109. QS.19:58. QS.22:18.
QS.22:77. QS.25:60. QS.27:26. QS.32:15. QS.38:24. QS.41:38. QS.53:62. QS.84:21.
QS.96:19
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata كَلاّ(kallâ) yang semunya
terulang sebanyak 33 kali dalam al-Qur’ân .
c. Dimulai dengan ungkapan يَاايهالناسُ
kecuali dalam Surah al-Hajj ayat 77 karena di penghujung surah itu terdapat
sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan ياايهالذين
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا
رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang
beriman, rukuklah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Tuhan kalian dan
perbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan. QS.22:77
d. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah Nabi Adam a.s dan Iblis,
kecuali surah al-Baqarah. Kisah Nabi Adam a.s dengan Iblis disebutkan sebanyak
± 7 surah, yaitu QS. 02:34-38. QS. 18:50. QS.17:61. QS. 07:11-24. QS.15:29-40.
QS. 38:71-83. QS.20:120-123.[19]
e. Ayat-ayatnya mengandung Qishshâh al-Anbiyâ’ (Kisah-kisah
para Nabi) dan umat-umat terdahulu.
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan Hurf al-Tahajjî atau Fawâtih
al-Suwâr (huruf-huruf terpotong-potong).
1)
Surah
yang dimulai dengan satu huruf, hal ini terdiri dari 3 surah yaitu, QS.50:01.
68:01. 38:01 kecuali Surah al-Baqarah ayat pertama dan Surah Ali Imrân ayat
pertama.
2)
Surah
yang dimulai dengan dua huruf, hal ini berjumlah 10 surah yaitu,
QS. 20:01. 27:01.
36:01. 40:01. 41:01. 42:01. 43:01. 44:01. 45:01. 46:01.
3)
Surah
yang dimulai dengan tiga huruf, hal ini berjumlah 13 surah yaitu,
QS. 02:01. 03:01.
29:01. 30:01. 31:01. 32:01. 10:01. 11:01. 12:01. 14:01. 15:01. 26:01. 28:01.
4)
Surah
yang dimulai dengan empat huruf, hal ini berjumlah 2 surah yaitu,
QS. 07:01. 13:01.
5)
Surah
yang dimulai dengan lima huruf, yaitu QS. Maryam ayat pertama.[20]
2.
Madâniyah
a.
Mengandung
ketentuan-ketentuan farâid (kewajiban-kewajiban) dan had
(hukuman).
b.
Mengandung
sindiran-sindiran terhadap kaum munâfik, kecuali surah al-Ankabut.
c.
Mengandung
uraian tentang perdebatan dengan Ahl al-Kitâbîn.[21]
Al-Imâm
Jalâl al-Dîn Abd al-Rahmân al-Suyûthî al-Syafi’i memberikan catatan penting
mengenai pembahasan Makkiyah dan Madâniyah ini yang perlu diperhatikan, yaitu :
1)
Ayat
yang turun di Kota Mekkah tetapi hukumnya Madînah adalah QS.49:13 ayat ini
turun di Kota Mekkah, tetapi ia adalah ayat Madâniyah karena diturunkan setelah
Hijrah. Ayat yang hampir sama adalah QS. 05:3, 04:58.
2)
Ayat
yang turun di Kota Madînah tetapi hukumya Makkiyah adalah QS. 09:16, 16:41,
09:01, 60:01 ayat ini diturunkan di Kota Madînah, tetapi ditujukan kepada
penduduk Kota Mekkah.
3)
Ayat
yang turunnya seperti bentuk ayat Madani tetapi ia terdapat dalam surah
Makkiyah adalah 53:32.
4)
Ayat
yang menyerupai ayat Makkiyah tetapi terdapat dalam surah Madâniyah adalah
08:32, 100:1-11.
5)
Surah
yang dibawa dari Kota Mekkah ke Kota Madînah adalah surah Yusuf dan surah
al-Ikhlâsh dan surah al-A’la.
6)
Surah
yang dibawa dari Kota Madînah ke Kota Mekkah adalah QS.02:217. 04:97.
7)
Ayat
yang dibawa ke Habasyah (Ethiopia) adalah QS.03:64. Pendapat lain mengatakan
bahwa ayat ini dibawa ke Romawi.
D. Urgensi Mengetahui Surah Makkiyah dan Madâniyah
1.
Mudah
diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun
belakangan dari kitab suci al-Qur’ân
2.
Mudah
diketahui mana ayat-ayat al-Qur’ân yang
hukum atau bacaan telah dinasakh dan dimana ayat-ayat yang menasakhkannya,
khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi
ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dengan yang lainnya.
3.
Mengetahui
dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam (tarikh al-tasyri’)
yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan.
4.
Mengetahui
hikmah disyariatkannya sesuatu hukum (hikmah al-tasyri’) dan bisa
menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuaan al-Qur’ân .
5.
Menungkatkan keyakinan orang terhadap
kesucian, kemurnian, dan keaslian al-Qur’ân .
6.
Mengetahui
perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islâmiyah.
7.
Mengerti
perbedaan bentuk-bentuk bahasa al-Qur’ân
yang dalam kedua surah tersebut terdapat
perbedaan.
8.
Mengetahui
kondisi masyarakat Kota Mekkah dan Kota Madînah, khususnya pada waktu ayat-ayat
al-Qur’ân diturunkan.
Muhammad Ababil
30 Januari 2019
[1] Nama lengkapnya
adalah Makkî bin Abi Thâlib Hamusyî bin Muhammad bin Mukhtâr al-Qaisy al-Muqri’
di juluki dengan Abû Muhammad. Banyak sekali karya-karya yang ditulisnya tentang
kajian Ulûm al-Qur’ân , ia mempunyai satu karya yang terkenal yaitu “Kitab
Nasakh wa al-Mansukh.” Beliau dua kali pindah ke Mesir untuk menuntut ilmu.
[2] Nama lengkapnya
adalah Abû Muhammad Abd al-‘Azîz Ahmad bin Sa’id al-Mishri al-Syafi’i. karyanya
antara lain “al-Misbah al-Munir Fi Ilmi al-Tafsir”, “al-Taisir Fi Ilmi
Tafsir/Mandhumah.”
[3] Jalâl al-Dîn Abdurrahmân al-Suyûthi, Al-Itqân Fi Ulûm al-Qur’ân
, (Riyadh, Saudi : al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-Su’ûdiyah, Tanpa Tahun), Juz
1, hal. 44
[4]
Penyebutan lafadz “Makkah” dalam al-Qur’ân disebutkan dua kali QS.48:24, “Bakkah
(Mekkah)” QS.03:96, term yang tidak menyebutkan secara langsung sebanyak 16
kali. QS.02:126. 03:96. 04:75,97. 06:92. 68:26. 13:31. 14:35. 17:76. 27:91.
26:07. 43:31. 48:24. 90:1,2, dan 3.
[5] Lafadz Madînah (al) disebutkan
sebanyak 14 kali, lafadz Qaryah (al) sebanyak 33 kali lafadz Balada 8 kali,
Baladan 1 kali QS.02:126, al-Bilâd 5 kali, dan Baldah 5 kali dan lafadz Yatsrib
1 kali pada surah al-Ahzab ayat 33. Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, al-Mu’jam
al-Mufahras li al-Fâdz al-Qur’ân al-Karîm bi Hâsyiyah al-Mushaf al-Syarîf, (Kairo
: Dâr al-Hadîts, 2007M/1428 H). Cet-1.
[6] Abdullâh bin Yusûf
al-Judai’, al-Muqaddimât al-Asâsiyah Fi Ulûm al-Qur’ân , (Libanon :
Muassasah al-Rayyân, 2001), Juz 1, hal. 57
[7] Imam al-Suyûthi
berkata : wahyu yang diturunkan di pelosok-pelosok atau sudut-sudut Kota Mekkah
seperti Mina, ‘Arafah dan Hudaibiyah.
[8] Sedangkan wilayah sekitar sudut
Kota Madinah adalah wahyu yang diturunkan di Badar, Uhud dan lainnya.
[9] Nashr Hamid Abû Zaid, Mafhûm
al-Nash Dirâsah Fî Ulûm al-Qur’ân , Cet-1, (al-Maghrabi : al-Markaz al-Tsaqâfi,
2014), hal. 76
[10]وَقَدْ أَخْرَجَ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ مِنْ طَرِيقِ الْوَلِيدِ بْنِ
مُسْلِمٍ عَنْ عُفَيْرِ بْنِ مَعْدَانَ عَنِ ابْنِ عَامِرٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُنْزِلَ
الْقُرْآنُ فِي ثَلَاثَةِ أَمْكِنَةٍ: مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ وَالشَّامَ "
قَالَ الْوَلِيدُ: يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ. وَقَالَ الشَّيْخُ عِمَادُ الدِّينِ بْنُ
كَثِيرٍ: بَلْ تَفْسِيرُهُ بِتَبُوكٍ أَحْسَنُ.
Dikemukakan
oleh Imam al-Thabarânî (Abu Qâsim al-Syâmi al-Hâfidh Sulaimân bin Ahmad bin Ayyûd
al-Thabrânî) dalam kitabnya “Al-Kabîr” dari
jalan al-Walîd bin Muslim dari ‘Ufair bin Ma’dan dari Ibnu ‘Amir dari Abi
Umamah ia berkata : Rasûlullâh Saw bersabda : “Al-Qur’ân itu diturunkan pada tiga tempat ; Kota Mekkah,
Kota Madînah dan Kota Syâm” al-Walîd berkomentar : yang dimaksud “Syâm” pada
hadits tersebut adalah “Baitul Muqaddas”. Ibnu Katsîr berkomentar penafsiran “Syâm”
yang lebih baik dalam hadits tersebut adalah “Tabuk.”
Riwayat
yang lain dikemukakan oleh Abû Ayyûb, ia berkata :
وَقَالَ أَيُّوبٌ: سَأَلَ رَجُلٌ عكرمة عَنْ آيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ فَقَالَ:
"نَزَلَتْ فِي سَفْحِ ذَلِكَ الْجَبَلِ "- وَأَشَارَ إِلَى سَلْعٍ.
أَخْرَجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ.
“Ada seseorang yang bertanya kepada Sahabat Ikrimah,
tentang sebuah ayat dari al-Qur’ân , maka Ikrimah pun menjawab : “Ayat ini
turun di lereng gunung itu (sambil menunjuk kea rah Gunung Sala’).” HR. Abu
Nu’aîm (nama lengkapnya adalah al-Hafidh Ahmad bin ‘Abdullâh bin Ahmad al-Asfihânî
penulis kitab al-Mustakhraj ‘Ala Shahihain dan Tarikh al-Asbahan).
[11] Abdullâh Mahmûd Syahâtah, ‘Ulûm
al-Qur’ân , (Kairo : Dar al-Gharib, 2002), Juz 1, hal. 46. Jalâl al-Dîn al-Suyûthi,
Al-Itqân Fi Ulûm al-Qur’ân …hal. 43-45 Dr. Nur al-Dîn Itr, ‘Ulûm al-Qur’ân
al-Karim, (Damaskus : Dâr al-Shabâh,
1993), hal. 55-56.
[12] Al-Hafidz Ahmad bin ‘Alî Ibnu
Hajar al-Asqalânî (w. 856 H), Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Bukhâri,
Tahqîq : Syekh ‘Abd al-Rahmân bin Nâshir al-Barrâk, Cet-1, (Riyâdh, Saudi : Dâr
al-Thayyibah, 2005), Juz 11, hal. 223 Hadits No. 5002, hadits yang semisal No. 3810,
3996, 5004.
[13] Abdul Djalal H.A, Ulûm al-Qur’ân
Edisi Lengkap, (Surabaya : Dunia
Ilmu, 2013), hal. 99-100
[14]
Abdullâh Mahmûd Syahâtah, ‘Ulûm
al-Qur’ân …hal. 46-47. Abdul Djalal H.A, Ulûm al-Qur’ân …hal. 100
[16] Abdul Djalal H.A, Ulûm al-Qur’ân
…hal. 100. Ahmad Zuhdi Dh, et.al, Studi al-Qur’ân , (Surabaya
: UIN Sunan Ampel, 2017), hal. 137-174.
[17] Tim Forum Karya
Ilmiah Raden, Al-Qur’ân Kita : Studi
Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah, (Kediri : Lirboyo Press, 2013),
hal.144.
[18] Ayat sajadah adalah
ayat-ayat tertentu dalam al-Qur’ân yang
bila dibaca disunnahkan bagi yang membaca dan mendengarnya untuk melakukan
sujud tilawah
[19] Kisah Nabi Adam a.s
dengan Iblis diceritakan sebanyak ± 7 kali, dengan beberapa lafadz yang bermiripan.
al-Ustâdz Dr. ‘Abd Allâh bin Muhammad bin Ahmad al-Thayyâr, al-Âyah al-Mutasyâbihât : al-Tasyâbuh al-Lafdhî li al-Âyât Hikam wa Asrâr Fawâid wa Ahkâm, Cet-1, (Riyâdh : Dâr al-Tadmurayyah, 2009), hal.73-75
al-Ustâdz Dr. ‘Abd Allâh bin Muhammad bin Ahmad al-Thayyâr, al-Âyah al-Mutasyâbihât : al-Tasyâbuh al-Lafdhî li al-Âyât Hikam wa Asrâr Fawâid wa Ahkâm, Cet-1, (Riyâdh : Dâr al-Tadmurayyah, 2009), hal.73-75
[20] Kadar M. Yusuf, Studi al-Qur’ân
, (Jakarta : Amzah, 2010), hal. 56-57
0 komentar:
Posting Komentar