Keutamaan Bersholawat Nabi SAW



Keutamaan Bersholawat



Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail A.S. telah berkata kepadaku.
Berkata Jibril A.S. : “Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca sholawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”
Berkata pula Mikail A.S. : “Mereka yang bersholawat ke atas kamu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.”
Berkata pula Isrofil A.S. : “Mereka yang bersholawat kepadamu akan aku sujud kepada Allah S.W.T. dan aku TIDAK AKAN mengangkat kepalaku sehingga Allah S.W.T. mengampuni orang itu (yang bershalawat).”
Malaikat Izrail A.S pula berkata :
“Bagi mereka yang bersholawat keatasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembut ­ nya seperti aku mencabutruh para nabi-nabi.”
Apakah kita tidak cinta kepada Rasulullah S.A.W.?
Para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bersholawat ke atas Rasulullah S.A.W.
Dengan kisah yang dikemukakan ini, kami harap para pembaca tidak akan melepaskan peluang untuk berselawat ke atas junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W.
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah, Rasul dan para malaikat.
Bacaan Sholawat Nabi sangat beragam, ini adalah satu dari beragam itu.
Ya Nabi Salam Alaika Ya Rosuul salam alaika Ya Habiib salam alaika Sholawatulloh alaika.
Dalam Al Qur'an Allah swt. berfirman: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaik ­at-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (Al-Qur'an S. Al-Ahzab ayat 56)
Nabi Muhammad saw. bersabda:"Bersholawatlah ­ kamu kepadaku,karena ­ sholawat itu menjadi zakat penghening jiwa pembersih dosa bagimu". (Diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih).
Dari Abu Hurairah ra. diberitakan Nabi Muhammad saw. bersabda: "Janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kubur dan menjadikan kuburku sebagai persidangan hari raya.
Bersholawatlah kepadaku, karena sholawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada". (HR. An-Nasai, Abu Dawud dan Ahmad serta dishahihkan oleh An-Nawawi).

Allahumma Sholli Ala Muhammad...

Saat di Gunung Bromo

Muhammad Ababil dan Lukman Hakim
Saat di Gunung Bromo 27 Juni 2012

Bareng Sholihin
Muhammad Ababil dan Naufal Efendy

Saat Di Sekolah....




Knp tuch.. koq lagi Sediiiih...???!!!
Lukmanul Hakim...
Aduh.... takut...
Rajin bener nich
Pecinta Sejati Group

Indahnya Kebersamaan....




wieech...... temen-temen gayanya koq gitu ea..?
Aduh... tangannya kok gitu...???
Makan jagung...
Boss... Ngapain nich..?

Mas lagi ngaji nich....? (19 Januari 2014)
Mas Lukman....OK
Moh Sholihin...

Syafa'at Rosulullah



Mengapa Rasulullah SAW Memiliki Syafaat Besar, dan Bukan Para Nabi Lainnya?


Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat.” Ini adalah sebuah pernyataan  yang menunjukkan kepemimpinannya kepada semua manusia sebagai  bentuk kenikmatan Allah dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepadanya, bukan bentuk kesombongan. Allah SWT berfirman:


“Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur). (QS. Ad-Duha: 11)
Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam tanpa ada kesombongan, di tanganku bendera pujian tanpa ada kesombongan, Adam dan manusia di bawahnya berada di bawah benderaku tanpa ada kesombongan.”
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin semua manusia di dunia dan akhirat. Di akhirat, semua manusia mengakui kepemimpin dan keutamaannya, baik manusia yang beriman maupun durhaka, manusia yang bahagia maupun celaka. Sementara itu, di dunia, tidak semua manusia mengakui kepemimpinannya kecuali manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemimpin kaum adalah orang yang paling mulia dan murah hati di antara mereka, yang memerhatikan perkara mereka, serta berusaha memberikan kebaikan urusan mereka. Pemimpin kaum adalah orang yang dituju dalam kesedihan dan berbagai bencana serta diharap kebaikannya dalam keadaan-keadaan sulit dan sempit.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyatakan posisi kepemimpinannya agar mereka datang kepadanya dalam keadaan-keadaan yang paling menyulitkan,yaitu saat peristiwa bangkitnya kiamat dan prahara-praharanya. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana dan kesulitan saat itu kecuali pemimpin mereka. Ketika itu manusia melihat kepemimpinan Rasulullah SAW dan mengakuinya.
Imam Nawawi mengatakan dalam Syariah Shahih Muslim, “Allah memberikan ilham kepada manusia untuk meminta syafaat kepada Adam dan Rasul sesudahnya pada saat dimulainya hisab dan tidak memberikan ilham kepada mereka untuk meminta syafaat kepada Nabi SAW untuk pertama kalinya. Hal ini adalah untuk memperlihatkankeutamaan Nabi SAW. Ada kemungkinan Rasul lainnya mampu memberikan syafaat ini sebelum mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW. Apabila mereka memintanya dari Rasul-rasul lain selain Muhammad dan para rasul ini tidak mampu memberikan apa yang mereka minta, lalu mereka meminta syafaat dari Muhammad, dan beliau sanggup memberikan syafaat ini maka ini menunjukkan puncak pangkat, kesempurnaan kedekatan, dan kebesaran pemberian petunjuk dan ketenangan.”
An-Nawawi mengatakan, “Hadis ini juga menunjukkan keutamaan Nabi SAW di atas semua makhluk dari para rasul, anak Adam, dan malaikat. Sesungguhnya tidak ada yang mampu memberikan perkara besar ini – syafaat al-uzhma(agung) –selain beliau. Wallahu a’lam.”
Tidak seorang pun dari para rasul yang dapat memberikan syafaat besar karena saat itu dipenuhi dengan murka Allah SWT. Oleh karena itu, setiap rasul mengatakan, “Sesunggguhnya Tuhan pada hari ini murka dengan murka yang belum pernah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu setelahnya.” Maka tidak dapat mensyafaati kecuali kekasih Allah yang paling terkasihi dan paling dekat dengan-Nya, yaitu Muhammad SAW.
Agar seseorang tidak terjatuh dalam keraguan mengenai  apakah para nabi salah atau berdosa padahal mereka adalah maksum, hal tersebut perlu dijelaskan di sini.
Para ulama terdahulu telah memberikan jawaban atas apa yang dinisbatkan kepada para nabi berupa perbuatan dosa, setelah Al-Qur’an dan sunah menunjukkan dengan jelas kemaksuman mereka dari penyelewengan dan perbuatan haram. Setiap ulama terdahulu telah  memberikan jawaban yang di dalamnya terdapat penjelasan kesucian para nabi, kesempurnaa, kemuliaan, dan kebebasan mereka dari perbuatan-perbuatan keji dan buruk.
Jika bukan karena khawatir memperpanjang lebar , kami akan menyebutkan disini pendapat-pendapat mengenai hal itu dengan terperinci. Akan tetapi, disini kita menyebutkan satu pendapat yang masyhur di kalanan para ulama yang disebutkan dalam kitab-kitab ulama salaf dan dijelaskan dalam kitab-kitab ulama khalaf.
Dosa-dosa yang dinisbatkan kepada para nabi yang tersebut di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi SAW sama sekali bukan seperti dosa-dosa yang dilakukan oleh selain mereka. Akan tetapi, ini adalah bagian bab kaidah yang ditetapkan dalam masyhur di kalangan semua lapisan ulama baik salaf maupun khalaf.
Kaidah ini berbunyi, “Kebaikan bagi al-abrar adalah keburukan bagi al-muqarrabun, mubah bagi orang awam adalah keburukan bagi orang  al-abrar.” Dosa yang dinisbatkan kepada para nabi dalam suatu ayat atau hadis adalah dosa jika dikaitkan dengan posisi mereka yang tinggi dan khusus, walaupun bukan dosa jika dikaitkan dengan selain mereka, bahkan dianggap kebaikan. Wallahu a’lam.
Akhir do’a kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Kenangan Saat Sekolah MA ZAINUL HASAN 3 Krejengan

nabil_nzu@yahoo.com

Haflatul Ikhtibar ke 38 PP.ROIS krejengan

 Sebagian Santri Berfoto bareng....