PEMBAHASAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Oleh : Moh. Ababil Krejengan
A. Pengetian Makkiyah dan Madaniyah
Para
sarjana Muslim umumnya sepakat bahwa pada mulanya sebagian besar al-Qur’an
diturunkan atau diwahyukan dalam unit-unit pendek. Mereka mengasumsikan bahwa
sebagian besar unit al-Qur’an dalam suatu surat diwahyukan pada masa yang sama.
Berdasarkan ini, mengklasifikasikan[1]
surat-surat al-Qur’an sebagai “makkiyah” atau “Madaniyah” dan deskripsi
(pemaparan atau uraian secara jelas) dan deskripsi semacam ini dimasukkan ke
dalam muqaddimah setiap surat dalam salinan-salinan al-Qur’an yang
belakangan.[2]
Penting
untuk diketahui bahwa secara spesifik dikalangan
para ulama’ terdapat tiga istilah dalam pembagian Makkiyah dan Madaniyah
:
a. Pendapat Pertama
Makkiyah adalah wahyu
yang diturunkan sebelum hijrah dan yang disebut madaniyah adalah wahyu yang
turun setelah hijrah, meskipun turunnya itu di mekkah maupun di madinah, apakah
itu tahun penaklukan Kota Mekkah atau pada tahun terakhir Rasulullah Saw disaat
Haji Wada’ (10 H), atau ketika beliau sedang dalam salah satu perjalanan dari
sekian banyak perjalanan beliau, atau sedang tidak dalam perjalanan.[3]
b. Pendapat kedua
Makkiyah adalah wahyu
yang turun di Mekkah meskipun turunnya itu setelah hijrah, dan yang disebut
madaniyah adalah yang turun di madinah, maka atas dasar inilah terdapat suatu
keputusan dan ketetapan yang seimbang dan bijaksana bahwasanya : wahyu yang
turun ketika Nabi Muhammad Saw sedang dalam perjalanan tidak termasuk dalam
kategori makkiyah ataupun madaniyah.
c. Pendapat ketiga.
Makkiyah adalah wahyu
yang khusus diturunkan untuk penduduk makkah dan sekitarnya. Adapun madaniyah
adalah wahyu yang khusus diturunkan untuk penduduk madinah.[4]
قُلْتُ: وَيَدْخُلُ فِي مَكَّةَ ضَوَاحِيهَا كَالْمَنْزِلِ بِمِنَى
وَعَرَفَاتٍ وَالْحُدَيْبِيَةَ وَفِي الْمَدِينَةِ ضَوَاحِيهَا كَالْمُنَزَّلِ
بِبَدْرٍ وَأُحُدٍ وَسَلْعٍ.
al-Imam
Jalaluddin al-Suyuthi berpendapat tentang Makkiyah dan Madaniyah dia mengatakan
: “yang termasuk Makkiyah adalah yang diturunkan di pelosok atau sudut-sudut
kota mekkah seperti Mina, ‘Arafah dan Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah
ayat-ayat yang diturunkan di pelosok atau sudut-sudut kota madinah seperti yang
diturunkan di Badar, Uhud dan lainnya”.[5]
Para
sarjana Muslim mengemukakan empat perspektif (sudut pandang) dalam
mendefinisikan terminology Makkiyah dan Madaniyah, keempat perspektif itu
adalah :
1.
Masa Turunnya (zaman
al-nuzul) sebagaimana pendapat pertama diatas.
2.
Tempat Turunnya
(makan al-nuzul) sebagaimana pendapat kedua.
3.
Obyek
Pembicaraan (mukhatab), sebagaimana pendapat ketiga.
4.
Tema
Pembicaraan.
B. Dhawabid (ciri-ciri) Ayat
Makkiyah dan Madaniyah
Para
sarjana muslim telah berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan
Madaniyah dalam menguraikan kronologis Al-Qur’an. Mereka mengajukan dua titik
tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tematis.
Dari titi tekan pertama, mereka memformulikasikan ciri-ciri khusus Makkiyah dan
Madaniyah sebagai berikut :
- Cirri-ciri Makkiyah.
a.
Cirri-ciri khusus yang bersifat pasti (qath’i)
:
1)
Setiap surat
yang terdapat ayat sajadah di dalamnya adalah surat Makkiyah. Sebagian ulama’
mengatakan bahwa jumlah ayat sajadah ada enambelas ayat.
3)
Dimulai dengan ungkapan ياايهاالناس dan
tidak ada ayat yang dimulai dengan ungkapan ياايهاالذينkecuali dalam surat Al-Hajj
ayat 77[7],
karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang di mulai dengan
ungkapan ياايهاالذين
.
وَأُخْرِجَ
عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ: مَا كَانَ فِي القرآن: ) يَا أَيُّهَا النَّاسُ( أو:)يَا بَنِي
آدَمَ( فَإِنَّهُ مَكِّيٌّ وَمَا كَانَ: )يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا( فَإِنَّهُ
مَدَنِيٌّ.
Dir
iwayatkan dari Maimun bin Mihran, ia berkata : “Apa saja dalam al-Qur’an yang
dimulai ياايهاالناس atau يبنى أدم maka ia adalah makkiyah. Dan setiap yang
dimulai dengan ياايهاالذين
maka ia adalah madaniyah.[8]
4)
Ayat-ayatnya
mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu kecuali al-Baqarah.
5)
Ayat-ayatnya
berbicara tentang kisah Nabi Adam a.s dan Iblis, kecuali surat al-Baqarah.
6)
Ayat-ayat
dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti الم, الر
dan sebagainya , kecuali surat al-Baqarah dan ali-Imran.
b.
Cirri-ciri
khusus yang bersifat umum
1)
ayat dan
suratnya pendek-pendek, nada perkataannya keras dan agak besajak.
2)
Mengandung
seruan untuk beiman kepada Allah Swt dan hari akhir, dan menggambarkan keadaan
surge dan neraka.
3)
Mengajak manusia
untuk berakhlak yang mulai dan berjalan di atas jalan yang baik atau benar.
4)
Membantah
orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan- kesalahan kepercayaan dan
perbuatannya.
5)
Terdapat banyak
lafadz sumpah yang menunjukkan uslub.[9]
- Madaniyah
a.
Cirri-ciri yang
bersifat pasti (qath’i) :
1)
Setiap surat
yang mengandung izin untuk berjihad (perang) atau menyebut hal perang dan
menjelaskan hukum-hukumnya.
2)
Setiap surat
yang memuat penjelasan secara terperinci tentang hukum pidana, hukum faroid
(warisan), hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata atau civil, masyarakat dan
kenegaraan.
3)
Mengandung
sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat al-Ankabut yang
diturunkan di Mekkah (hanya sebelas ayat pertama dari surat ini adalah
madaniyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang munafik).
4) Setiap surat yang membantah akidah, pendirian dan tata cara ahli
kitab (Yahudi dan Kristiani) yang dipandang salah dan mengajak mereka agar
tidak berlebih-lebihan dalam ber-agama (Ghuluw). Contoh dalam QS. 04 :
171 dan QS. 05:77 :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ
إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا
تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ
سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
Wahai Ahli Kitab,
janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kalian
mengatakan, "(Tuhan itu) tiga," berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah
dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara.[10]
(QS. Al-Nisa’ : 171).
قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا
أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ
سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah:
"Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus". (QS. Al-Ma’idah : 77)
b. Cirri-ciri yang bersifat khusus yang sifatnya umum
1)
Sebagian
surat-surat dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas di
dalam menerangkan hukum-hukum agama.
2)
Menerangkan secaa terperinci bukti-bukti
dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat-hakikat
keagamaan.[11]
Beberapa Contoh Pembahasan (penting)
yang berkaitan dengan makkiyah dan madaniyah :
- Ayat yang turun di Kota Mekkah tapi hukumnya madani.
QS. Al-Hujurah : 13 ayat ini turun di Mekkah saat penaklukan kota
mekkah, tetapi ia adalah ayat madani karena turunnya setelah hijrah. Yang
hampir sama (dengan Qs. Al-Hujurat) adalah QS. Al-Maidah : 03 dan QS.
Al-Nisa’ : 58).
- Ayat yang turun di Kota Madinah tetapi hukumya adalah makkiyah.
QS. al-Nahl : 41, ayat
ini diturunkan di Kota Madinah tetapi Allah Swt ber-khitob menujukannya
kepada oang-oang mekkah.
- Ayat yang turunnya seperti bentuk ayat madani tapi ia terdapat dalam surat-surat makkiyah.
الَّذِينَ
يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ
وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ
وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“…(Yaitu) orang-orang yang
menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia
lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”. (QS.
Al-Najm : 32).
- Ayat yang menyerupai ayat makkiyah tetapi terdapat dalam surat madaniyah.
QS.
Al-‘adiyat : 01-11 serta QS. Al-Anfal : 32
وَإِذْ
قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ
عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan (ingatlah), ketika mereka
(orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini,
dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari
langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (QS. .
Al-Anfal : 32)
- Surat yang dibawa dari mekkah ke madinah.
QS.
Yusuf dan QS. Al-Ikhlash.
وَمِثَالُ مَا حُمِلَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ سُورَةُ يُوسُفَ
وَالْإِخْلَاصِ. قلت: وسبح كَمَا تَقَدَّمَ فِي حَدِيثِ الْبُخَارِيِّ.
Saya
(al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi-ed) berkata : yang termasuk dalam
golongan ayat di atas adalah QS.
Al-A’la, sepeti yang diiwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan shohihnya.
- Surat yang dibawa dari madinah ke mekkah.
QS.
Al-Baqarah : 217, serta ayat tentang riba QS. Al-Nisa’ : 97.
- Contoh ayat ayat yang dibawa ke Habasyah,[12] (Ethiopia ).
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا
بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah,
"Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun* dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah.
Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), 'Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)".
* Yaitu
baik dengan berhala, salib, wasan, tagut, api atau sesuatu yang selain-Nya,
melainkan kita Esakan Allah dengan menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya.
Hal ini merupakan seruan yang dilakukan oleh semua rasul.[13]
[1] Menyusun
bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang
ditetapkan.
[2] Rosihon
Anwar, Ulum al-Qur’an, Cet-4, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2013), hal.
101
[3] Contoh : QS. 04 : 58. Termasuk
kategori Madaniyah kendatipun dituunkan di Makkah, yaitu pada peristiwa
penaklukan Kota Makkah. Begitupula QS. 05 : 03. Termasuk kategori Madaniyah kendatipun tudak
diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa Haji Wada’(10
Hijriyah).
[4]
Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi, al-Itqan Fii Ulum al-Qur’an, Cet-2,
(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2012), hal. 19-20
[5]
Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi, Samudera
Ulumul Qur’an, terj. Farikh
Marzuqi Ammar, Lc, MA. (ed), Cet-1, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2006), hal. 04.
[6] QS.(19:79)
- (19:82) - (23:100) - (26:15) - (26:62) - (34:27) - (70:15) - (73:39) - (74:16)
- (74:32) - (74:53) - (74:54) - (75:11) - (75:20) - (75:26) - (78:04) - (78:05)
- (80:11) - (80:23) - (82:09) - (83:07) - (83:14)-(83:15)-(83:18) - (89:17) - (89:21)
- (96:06) - (96:15) - (96:19) - (102:03) - (102:04) - (102:05) - (104:04).
[7]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا
رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. 22
: 77)
[8] Jalaluddin
Abdurrahman al-Suyuthi, al-Itqan Fii Ulum al-Qur’an… hal. 35.
[9] Liliek Chana
Aw, dan Syaiful Hidayat, Ulum al-Qur’an dan Pembelajaannya, Cet-5,
(Surabaya : Kompertais IV, 2013), hal. 291-293
[10] Allah Swt. melarang Ahli
Kitab bersikap melampaui batas dan menyanjung secara berlebihan. Hal ini
banyak dilakukan oleh orang-orang Nasrani, karena sesungguhnya mereka melampaui
batas sehubungan dengan Isa. Mereka mengangkatnya di atas kedudukan yang telah
diberikan oleh Allah kepadanya, lalu memindahkannya dari tingkat kenabian
sampai menjadikannya sebagai tuhan selain Allah yang mereka sembah sebagaimana
mereka menyembah Dia (Allah Swt). Bahkan pengikut dan golongannya —yaitu dari
kalangan orang-orang yang mengakui bahwa dirinya berada dalam agamanya (Isa)—
bersikap berlebihan pula, lalu mereka mengakui dirinya terpelihara dari kesalahan.
Akhirnya para pengikut mereka mengikuti semua yang dikatakannya, baik hak atau
batil, baik sesat atau benar, baik jujur ataupun dusta. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya QS. 09:31: “Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah (Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan
rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan
rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal), dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih
putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.” (QS. 09:31). Tafsi Ibnu Katsi Juz 2, hal. 477
[12]
قُلْتُ: صَحَّ حَمْلُهَا إِلَى الرُّومِ.وَيَنْبَغِي أَنْ
يُمَثَّلَ لِمَا حُمِلَ إِلَى الْحَبَشَةِ بِسُورَةِ مَرْيَمَ فَقَدْ صَحَّ أَنَّ
جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ قَرَأَهَا عَلَى النَّجَاشِيِّ وَأَخْرَجَهُ أَحْمَدُ
فِي مُسْنَدِهِ.
Imam
al-Suyuthi berkata : “yang benar ayat ini dibawa ke Romawi. Dan mestinya yang
bisa dijadikan contoh surat yang dibawa ke Habasyah adalah QS. Maryam, karena
ada sebuah hadits shahih bahwa Ja’far bin Abi Thalib membacakan surat ini
kepada An-Najasyi” Hadits ini dikemukakan oleh Imam Ahmad dalam kitab
musnadnya.
[13] Jalaluddin
Abdurrahman al-Suyuthi, al-Itqan Fii Ulum al-Qur’an… hal. 36-37 dan Samedera Ulumul Qur’an… hal.78-81
0 komentar:
Posting Komentar